Fort Rotterdam adalah salah satu benteng kolonial Belanda yang paling terkenal di Indonesia, terletak di tepi pantai kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini memiliki nilai sejarah yang sangat penting karena mencerminkan perjalanan panjang perjuangan dan kolonialisasi di Indonesia. Sebagai saksi bisu dari berbagai peristiwa bersejarah, Fort Rotterdam menjadi simbol dari kekuatan kolonial yang dulu mendominasi Nusantara. Benteng yang megah ini kini telah beralih fungsi menjadi situs sejarah dan objek wisata budaya yang populer, menggambarkan perjalanan Indonesia di bawah kolonialisme serta perjuangan rakyat Makassar melawan penjajahan.
Dalam artikel ini, kita akan menelusuri sejarah panjang Fort Rotterdam, mulai dari awal berdirinya, peranannya dalam sejarah Makassar dan kolonialisme Belanda, hingga kondisi dan perannya saat ini sebagai situs wisata budaya.
1. Asal Usul Fort Rotterdam dan Kerajaan Gowa-Tallo
Fort Rotterdam awalnya dibangun oleh Kerajaan Gowa-Tallo, sebuah kerajaan maritim yang sangat kuat di wilayah Makassar. Pada abad ke-16, kerajaan ini membangun benteng di tepi pantai Makassar yang diberi nama “Benteng Ujung Pandang.” Benteng ini didirikan sebagai perlindungan utama bagi kerajaan dari serangan bangsa asing dan musuh-musuh dari luar wilayah. Benteng Ujung Pandang awalnya dibangun dengan konstruksi yang menggunakan batu kapur dan tanah liat, sesuai dengan gaya arsitektur tradisional setempat.
Kerajaan Gowa-Tallo adalah kekuatan besar di Sulawesi Selatan yang menguasai perdagangan rempah-rempah di wilayah tersebut. Berkat letaknya yang strategis, Makassar menjadi pusat perdagangan internasional, menarik para pedagang dari Eropa, Arab, dan Asia. Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, Gowa-Tallo membangun beberapa benteng untuk mempertahankan wilayahnya dari ancaman luar, termasuk dari Belanda yang ingin menguasai jalur perdagangan rempah di wilayah Nusantara.
2. Penaklukan Belanda dan Pengubahan Nama Menjadi Fort Rotterdam
Pada pertengahan abad ke-17, Belanda yang diwakili oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) berusaha menguasai perdagangan di Nusantara, termasuk di Makassar. Hubungan antara Belanda dan Kerajaan Gowa-Tallo yang awalnya bersifat perdagangan, kemudian berubah menjadi permusuhan karena kerajaan tersebut enggan tunduk pada monopoli VOC.
Setelah beberapa kali terjadi pertempuran antara VOC dan pasukan Gowa-Tallo, VOC akhirnya berhasil menguasai Makassar pada tahun 1667. Penaklukan ini dipimpin oleh Laksamana Cornelis Speelman. Setelah Gowa kalah, Sultan Hasanuddin, raja Gowa pada saat itu, terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya yang memaksa Gowa menyerah dan memberikan benteng ini kepada VOC. Benteng Ujung Pandang kemudian diubah namanya menjadi Fort Rotterdam oleh Speelman, sebagai penghormatan terhadap kampung halamannya di Belanda, yaitu kota Rotterdam.
3. Fungsi dan Peranan Fort Rotterdam di Bawah Kekuasaan Belanda
Setelah dikuasai Belanda, Fort Rotterdam menjadi pusat pemerintahan dan militer VOC di Sulawesi Selatan. Benteng ini direnovasi menggunakan teknik arsitektur Eropa, dengan dinding batu yang tebal dan struktur benteng berbentuk segi lima. Fort Rotterdam dirancang agar tahan terhadap serangan dari laut dan darat, dengan sudut-sudut benteng yang dilengkapi bastion atau tempat penembakan, sesuai gaya pertahanan Eropa kala itu.
Benteng ini berfungsi sebagai pusat kendali VOC di wilayah timur Indonesia. Selain menjadi markas militer, Fort Rotterdam juga menjadi tempat penyimpanan rempah-rempah dan barang-barang berharga yang siap untuk diekspor ke Eropa. Benteng ini bahkan dilengkapi dengan gudang-gudang besar yang dapat menyimpan hasil bumi dalam jumlah besar.
Fort Rotterdam juga memiliki penjara bawah tanah yang terkenal. Penjara ini digunakan oleh VOC untuk menahan para pemimpin lokal yang menentang pemerintahan kolonial. Salah satu tokoh terkenal yang pernah dipenjara di Fort Rotterdam adalah Pangeran Diponegoro, pahlawan nasional dari Jawa yang memimpin Perang Jawa melawan Belanda pada tahun 1825-1830. Diponegoro dipenjara di sini hingga akhir hidupnya setelah ditangkap secara licik oleh pihak Belanda.
4. Arsitektur Fort Rotterdam: Perpaduan Gaya Lokal dan Eropa
Fort Rotterdam memiliki bentuk arsitektur yang unik, yang merupakan perpaduan antara gaya arsitektur lokal dan Eropa. Benteng ini memiliki denah segi lima dengan sudut-sudutnya yang diperkuat bastion. Bagian utama benteng dikelilingi dinding batu yang tinggi dan kokoh, dengan gerbang besar sebagai pintu masuk.
Di dalam kompleks Fort Rotterdam terdapat beberapa bangunan yang dulu digunakan untuk keperluan administrasi, militer, dan tempat tinggal pejabat VOC. Salah satu bangunan yang masih ada hingga saat ini adalah rumah Speelman yang konon menjadi tempat tinggal Cornelis Speelman selama ia berada di Makassar. Bangunan ini memperlihatkan gaya arsitektur kolonial yang kental, dengan dinding tebal, jendela besar, dan atap genteng khas Eropa.
Dinding benteng yang terbuat dari batu bata tebal dengan teknik bangunan ala Eropa membuat Fort Rotterdam tampak kokoh dan tahan lama. Benteng ini dilengkapi dengan beberapa ruang bawah tanah yang difungsikan sebagai penjara dan tempat penyimpanan. Selain itu, struktur benteng dirancang untuk menahan serangan dari meriam, menjadikannya salah satu benteng terkuat di Nusantara pada masa itu.
5. Peran Fort Rotterdam sebagai Situs Sejarah dan Budaya
Setelah Indonesia merdeka, Fort Rotterdam beralih fungsi dan dikelola sebagai situs sejarah dan kebudayaan. Saat ini, Fort Rotterdam menjadi salah satu objek wisata budaya di Makassar yang menarik banyak pengunjung, baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Pengunjung dapat berjalan-jalan di sekitar benteng, menikmati arsitektur kolonialnya, dan mengenal lebih dalam sejarah panjang Makassar dan Indonesia.
Di dalam kompleks Fort Rotterdam terdapat Museum La Galigo yang menyimpan berbagai artefak dan informasi mengenai sejarah, budaya, serta kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan. Museum ini menampilkan koleksi yang berkaitan dengan sejarah Makassar, termasuk senjata tradisional, pakaian adat, serta peninggalan-peninggalan bersejarah lainnya. Museum La Galigo juga memiliki dokumentasi sejarah Fort Rotterdam dan masa kejayaan Kerajaan Gowa-Tallo.
Dengan dibukanya benteng ini sebagai tempat wisata, Fort Rotterdam bukan hanya menjadi saksi sejarah kolonialisme, tetapi juga tempat edukasi sejarah yang berharga bagi generasi sekarang dan mendatang. Benteng ini mengingatkan kita akan masa perjuangan melawan penjajahan dan sekaligus mengajarkan pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya.
6. Menyingkap Makna Sejarah Fort Rotterdam di Masa Kini
Fort Rotterdam adalah simbol keteguhan dan ketahanan bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Makassar, dalam menghadapi penjajahan. Benteng ini menunjukkan bagaimana kekuasaan kolonial memaksakan kehendak mereka di Nusantara, namun juga mengingatkan kita akan perjuangan yang tak pernah padam. Fort Rotterdam juga mencerminkan warisan budaya yang kaya, yang harus dijaga dan dihormati.
Sebagai objek wisata, Fort Rotterdam memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk merasakan pengalaman sejarah secara langsung. Benteng ini tidak hanya memberikan gambaran mengenai arsitektur kolonial, tetapi juga memaparkan kisah-kisah heroik yang terjadi di masa lalu. Bagi masyarakat Indonesia, Fort Rotterdam adalah salah satu simbol perjuangan melawan kekuasaan kolonial, sekaligus menjadi bukti ketahanan budaya lokal yang mampu bertahan hingga saat ini.
Fort Rotterdam bukan sekadar benteng, tetapi juga situs yang penuh dengan nilai sejarah dan budaya. Dari awal dibangun sebagai Benteng Ujung Pandang oleh Kerajaan Gowa-Tallo, penaklukan oleh VOC, hingga menjadi tempat penahanan para pejuang, Fort Rotterdam menyimpan banyak cerita dan kenangan. Arsitekturnya yang megah, perpaduan antara gaya lokal dan Eropa, menjadikan benteng ini sebagai warisan budaya yang tak ternilai.
Sebagai situs wisata sejarah, Fort Rotterdam adalah tempat di mana kita bisa belajar tentang masa lalu, mengingat perjuangan bangsa, dan menghargai keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Bagi siapa saja yang berkunjung ke Makassar, Fort Rotterdam adalah destinasi yang wajib dikunjungi untuk merasakan langsung jejak sejarah kolonial dan memahami nilai-nilai perjuangan yang diwakilinya.